Kamis, 22 Oktober 2015
Manajemen Biaya Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu lembaga
akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki sistem manajemen yang
didukung dengan sumberdaya manusia (SDM), dana/biaya, dan sarana prasarana.
Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga (kepalasekolah,
wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif, laboran, pustakawan, dan
teknisi sumber belajar), sarana (bukupelajaran, buku sumber, buku pelengkap,
buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, bahan dan ATK, perabot), dan
prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapanganolahraga),
serta biaya yang mencakup biaya investasi (biaya untuk keperluan pengadaan
tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk buku-buku dan biaya
operasional baik untuk personil maupun nonpersonil).
Suatu sekolah
untuk memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas dengan jumlah yang
mencukupi kebutuhan memerlukan biaya rekrutmen, penempatan, penggajian,
pendidikan dan latihan, sertamutasi. Dalam usaha pengadaan sarana dan prasarana
untuk menunjang proses pembelajaran tentu saja diperlukan dana yang tidak
sedikit, bahkan setelah diadakan maka diperlukan dana untuk perawatan,
pemeliharaan, dan pendayagunaannya. Meskipun ada tenaga, ada sarana dan
prasarana, untuk memanfaatkan dan mendayagunakan secara optimal perlu biaya
operasional baik untuk bahan dan ATK habis pakai, biaya pemeliharaan, maupun
pengembangan personil agar menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. Dari
uraian di atas jelas bahwa untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah termasuk
di SMP perlubiaya, perludana, paling tidak memenuhi pembiayaan untuk memberikan
standar pelayanan minimal. Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting
dalam penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak
dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Dalam konteks perencaaan pendidikan,
pemahaman tentang anatomi dan problematik pembiayaan pendidik anamat
diperlukan. Berdasarkan pemahaman ini dapat dikembangkan kebijakan pembiayaan
pendidikan yang lebih tepat dan adil serta mengarah pada pencapaian tujuan
pendidikan, baik tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
1.2 Dasar Hukum
- Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan – 2005.
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun
2008 tentang pendanaan pendidikan.
1.3 Rumusan Masalah
- Bagaimana konsep dasar biaya dan
mengapa dalam perkembangannya pendidikan memerlukan biaya?
- Apa sajakah komponen-komponen
dalam biaya pendidikan serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi biaya
pendidikan?
- Ada berapa jenis biaya pendidikan serta sumber-sumber biayanya?
1.4 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui pembiayaan dalam pendidikan
- Untuk mengetahui komponen dan sumber pembiayaan pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Biaya
Biaya dalam pendidikan meliputi
biaya langsung (direct cost) dan tidak langsung(indirect cost), biaya langsung
terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran
dan kegiatan-kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pembelajaran,
sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh
pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung
berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan
yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.
Anggaran biaya
pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi
anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diproleh setiap tahun
oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan
anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun
untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Belanja sekolah
sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah dan proporsinya bervariasi
diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya. Serta dari waktu kewaktu.
Berdasarkan pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat dikategorikan ke
dalam beberapa item pengeluaran, yaitu:
- Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran
- Pengeluaran untuk tata usaha sekolah
- Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah
- Kesejahteraan pegawai
- Administrasi
- Pembinaan teknis edukatif
- Pendataan.
Dalam konsep pembiayaan pendidikan
dasar ada dua hal penting yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya
pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa (unit
cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan agregate biaya pendidikan
tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat
yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam satu tahun pelajaran.
Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang
yang dialokasikan ke sekolah-sekolah secara efektif untuk kepentingan murid
dalam menempuh pedidikan.
2.2 Komponen Biaya Pendidikan.
Konsep biaya pendidikan sifatnya
lebih kompleks dari keuntungan, karena komponen biaya terdiri dari lembaga
jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang dan rupiah,
tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan
ini sering disebut “income forgon” yaitu potensi pendapatan bagi seorang siswa
selama ia mengikuti pelajaran atau mengikuti study. Sebagai contoh, seorang
lulusan SMP yang tidak diterima untuk melanjutkan pendidikan SMU, jika ia
bekerja tentu memproleh penghasilan dan jika ia melanjutkan besarnya
pendapatan (upah,gaji) selama tiga tahun belajar di SMU harus diperhitungkan. Oleh karena
itu, biaya pendidikan akan terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung
atau biaya kesempatan.
Biaya
pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik
keuangan sekolah. Analisis efesiensi keuangan sekolah dalam pemanfataan
sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil (output) sekolah dapat dilakukan
dengan cara menganalisa biaya satuan (unit cost) per siswa. Biaya satuan
persiswa adalah biaya rata-rata persiswa yang dihitung dari total pengeluaran
sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu.
Dengan mengetahui besarnya biaya satuan persiswa menurut jenjang dan jenis
pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan.
Dalam
menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan
mikro. Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah
pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi
jumlah murid. Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan
alokasi pengeluaran perkomponen pendidikan yang digunakan oleh murid.
2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi biaya dan pembiayaan pendidikan sekolah hal ini dipengaruhi
oleh:
- Kenaikan harga (rising prices)
- Perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries)
- Perubahann dalam populasi dan
kenaikannya prosentasi anak disekolah negeri
- Meningkatnya standard pendidikan (educational
standards)
- Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah
- Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi
(higher education)
2.4 Sumber Dana Pembiayaan
Pendidikan
- Pemerintah Pusat
- Pemerintah Daerah
- Orang Tua Peserta didik
- Kelompok Masyarakat
- Yayasan
2.5 Jenis Biaya Pendidikan
Pendanaan pendidikan sebagaimana
tertuang dalam PP No 48 tahun 2008 tentang Penganggaran Pendidikan dinyatakan
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
Biaya pendidikan dibagi menjadi :
- Biaya Satuan Pendidikan, adalah
biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan yang
meliputi biaya investasi, biaya operasional, bantuan biaya pendidikan dan
beasiswa.
- Biaya Penyelenggaraan dan/ atau
Pengelolaan Pendidikan, adalah biaya penyelenggaraan dan/ atau pengelolaan
pendidikan oleh pemerintah, pemprov, pemko/ pemkab, atau penyelenggara
satuan pendidikan yang didirikan masyarakat/ Yayasan.
- Biaya Pribadi Peserta Didik,
adalah biaya operasional yang meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bias mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan
di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu pendidikan membutuhkan biaya. Pembiayaan
terhadap pendidikan harus dibayar lebih mahal karena pendidikan adalah
investasi. Human Capital yang berupa kemampuan dan kecakapan yang diperoleh
melalui pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja memerlukan biaya
yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan keterampilan dan kemampuan akan menghasilkan
tingkat balik Rate of Return yang sangat tinggi terhadap penghasilan
seseorang.
3.2 Saran
Pendidikan adalah tanggungjawab
negara dan masyarakat, tanggungjawab kita bersama, termasuk dalam hal
pembiayaan. Peran masyarakat untuk menyokong biaya pendidikan sangat penting
diantaranya dengan menabung yang bermanfaat untuk membiayai pendidikan.
REFERENSI
Dedi Supriadi.2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tim Pengelola BOS. 2009. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah.
Depdiknas: Dirjen Dikdasmen.
Anwar, M.I. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan.
Mimbar Pendidikan, No.1 Tahun x, 1991: 28-33.
Fattah, N. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Horngren, P. 1993. Pengantar Akutansi Manajemen Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Idochi Anwar, Moch. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan: Teori, Konsep dan Isu. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta. Tamita
Utama.
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/03/11/makalah-pembiayaan-pendidikan-terpadu/retrieved at 21.41 on Tuesday, April
17, 2012.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar